Air Terjun Pacet

Air Terjun Pacet MOJOKERTO
Jawa Timur
            Hm, jika kalian pernah ke Batu lewat Pacet melalui Taman Hutan Rakyat R. Soerjo (baca: Suryo) maka sebelum gerbang Tahura di Pacet, kita bisa menemukan sebuah air terjun kecil di tepi jalan, tepatnya di Desa Sendi, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.
Menuju ke Air Terjun Pacet
            Untuk kemari, sayangnya tak ada kendaraan umum. Dari Mojokerto bisa langsung mengarahkan kendaraan ke Pacet dan tinggal mengikuti papan petunjuk ke arah Batu. Bagi wisatawan yang tak membawa kendaraan sendiri, dari Terminal Pacet bisa naik ojek dengan biaya Rp 20.000 – Rp 30.000 harga yang lumayan mahal. Kondisi jalan dari Pacet ke Sendi penuh dengan tanjakan, pastikan kendaraan dalam kondisi prima.
            Jika dari arah Malang, arahkan kendaraan ke arah Cangar, dari sini jalanan penuh tanjakan dan turunan, tapi tidak
semenanjak dari Pacet ke Batu. Jalanan relatif bagus dengan aspal yang lumayan mulus.
Warung – Warung Makanan
            Kawasan Wisata Sendi Pacet ini memiliki beberapa tempat wisata seperti Bumi Perkemahan, Gua Lowo, Gua Putuk Kursi, Air Terjun hingga Jungle Track. Kawasan ini juga terkenal dengan warung – warung lesehan di tepi jalannya. Tempat ini juga bisa untuk melepas penat dan mengisi perut yang keroncongan saat di perjalanan. Apalagi jika pesan makanan dan minuman hangat di tengah udara gunung yang dingin. 
 
Air Terjunya berada di belakang tulisan ini !!

          Warung – warung disini menyediakan aneka macam makanan, seperti rawon, cah kangkung, mie instan hingga sate ayam maupun kelinci. Kalau minuman ada wedang jahe yang bisa menghangatkan badan. Jika warungnya sedang ramai, maka mau tak mau kita harus menunggu cukup lama sampai pesanan kita tersedia.

Air Terjun Di Tepi Jalan
            Secara resmi, air terjun ini tak memiliki nama. Masyarakat sekitar hanya menyebutnya “Grojogan”. Sebenarnya air terjun ini merupakan sebuah sungai kecil yang mengalir di tepi jalan Sendi – Cangar.
            Semua kendaraan roda dua maupun roda empat bisa menjangkau tempat ini. Dengan suasana yang hijau dan sejuk, kawasan ini memang menjadi wisata alternatif bagi mereka yang ingin sejenak meninggalkan penatnya dan ramainya daerah Kota, apalagi tempat parkir di kawasan wisata ini cukup luas.
            Daerah Sendi ini memang berada di pertemuan tiga gunung, Gunung Anjasmoro, Gunung Welirang dan Gunung Arjuno, udara disini benar – benar dingin dan sejuk dengan pemandangan hijau dimana – mana.

            Dulu, air terjun disini bisa langsung terlihat dari jalan raya. Tapi, sejak tahun 2010, warga dilarang menebang tanaman disini, karena masuk ke dalam area Tahura. Jadinya, pohon bambu tumbuh subur disekitar air terjun dan menutupinya dari pandangan mata.



Air Terjun Pacet

          Secara keseluruhan, air terjun disini memang tidak besar, apalagi tidak bisa dibuat mandi, namanya juga dari sungai kecil di atasnya. Tapi, sejauh ini, Air Terjun Pacet ini merupakan air terjun yang paling mudah dijangkau, artinya, kita tidak perlu berjalan jauh untuk melihat dan menikmati air terjunnya (hanya dua – tiga langkah dari jalan raya). Jika luang, yuk main kemari, tempatnya sejuk, hijau dan banyak dijadikan sebagai tempat pacaran muda – mudi yang kasmaran

0 komentar:

Pantai Sendang Biru

Pantai Sendang Biru adalah salah satu daerah pantai di bagian selatan Kabupaten Malang, Jawa Timur. yang bebas dari tumulous gelombang Samudera Hindia akibat keberadaan Pulau Sempu , sekitar 300 meter lepas pantai.

Di sisi lain dari pantai sekarang memanfaatkan 'sebagai Pelabuhan Perikanan dan debarkasi Pusat Ikan PPI di mana nelayan hasil tangkapan mereka turun di mana keduanya berada di bawah kewenangan Dinas Perikanan dan Dikelola oleh KUD (Koperasi Unit Desa), "Mina Jaya Pondok Dadap ".

Secara resmi, pantai Sendang Biru ini dikelola oleh Perusahaan Negara milik Forestay yang sejauh ini telah disediakan pantai dengan penginapan, rumah tamu, warung, penjaga rumah, perahu, dll

Untuk mencapai Pantai Sendang Biru, pengunjung dapat mengambil transportasi publik yang bisa diakses bernama "Mikrolet" untuk Gadang - Turen - Sendang Biru. Sendang Biru sekitar 70 km ke selatan dari Malang di desa Tambakrejo, Sumbermanjing Wetan kabupaten Malang.
Kunjungi pantai indah Sendang Biru dan menikmati ombak yang menarik dengan pasir putih yang menyebar di sepanjang pantai.

0 komentar:

Pulau Sempu (Malang)


  Pulau Sempu (Malang)

Pulau Sempu, merupakan sebuah kepulauan kecil yang berada di sebelah selatan Pulau Jawa. Pulau ini berada dalam wilayah Kabupaten Malang, Jawa Timur,atau tepatnya berada di selatan Kecamatan Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang. Saat ini pulau Sempu merupakan sebuah kawasan cagar alam yang dilindungi oleh pemerintah. Dalam dalam pulau ini tidak ditemukan adanya mata air laut di tengah pulau.

Pulau sempu merupakan pulau yang tidak berpenduduk dan di dalamnya hanya terdiri dari hutan berbukit yg sebagian besar adalah hutan mangrove. Pulau sempu memiliki sebuah danau yaitu segara anakan, danau ini merupakan danau pasang surut air laut yang indah. Meskipun memiliki kedalaman sekitar 5 meter, danau ini aman untuk kegiatan snorkling ataupun hanya sekedar berenang karena sudah terbebas dari ombak laut lepas samudra Indonesia.
INGIN BERKUNJUNG KESINI.....???
CUKUP HUBUNGI :
LAKUKAN NEGO DAN ANDA AKAN BISA DENGAN SEGERA KESINI......
JELAJAHI INDAHNYA NUSANTARA....


Snorkling di segara anakan memberikan nuansa tersendiri karena terumbu karangnya masih sangat alami dan belum rusak oleh tangan-tangan jahil manusia.
Secara geografis, Pulau Sempu terletak di antara 112° 40' 45? - 112° 42' 45? bujur timur dan 8° 27' 24? - 8° 24' 54? lintang selatan. Pulau itu memiliki luas sekitar 877 hektar, berbatasan dengan Selat Sempu (Sendang Biru) dan dikepung Samudera Hindia di sisi selatan, Timur dan Barat.

Pulau Sempu dapat ditempuh dari Malang melalui Pantai Sendang Biru, dan penyeberangan menggunakan perahu nelayan, serta mendapat perijinan.untuk bisa masuk ke tempat wisata pulau sempu.tapi biarpun begitu tidak akan menyesal karena keindahan pulau sempu itu sendiri.

0 komentar:

Era Runtuhnya Empat Pilar Kebangsaan

Era Runtuhnya Empat Pilar Kebangsaan



Seperti halnya sebuah rumah, negara Indonesia juga memerlukan tiang penyangga/pilar sebagai penopang yang menjadikan negara ini tetap kokoh dan berdiri utuh. Almarhum Taufik Kiemas, merupakan sosok pencetus lahirnya pola fikir empat pilar kebangsaan yang terdiri atas Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhnika Tunggal Ika, sebagai dasaran dalam menjalankan keehidupan bangsa. Namun sekarang ini, sepertinya empat pilar kebangsaan sudah mulai runtuh, alias tidak dapat dipertahankan lagi keberadaanya. Pasalnya realitasekarang ini menunjukan bahwa semangat nasionalisme, keinginan untuk menjaga keutuhan, pelanggaran terhadap UUD 1945, serta sulitnya untuk menjunjung tinggi dan menerapkan butir-butir Pancasila dalam ke hidupan, menjadi indikasi bahwa tidak lama lagi empat pilar kebangsaan ini akan segera rubuh.


Sekarang ini, unsur politisasi telah berhasil mengalahkan segalanya, kepentingan kelompok atau golongan lebih diutamakan ketimbang kepentingan bangsa dan negara. Contohnya kita lihat saja kelakuan para anggota dewan yang ngotot mengutamakan serta membela kepentingan partainya dari pada kepentingan rakyat. sejak dulu bangsa ini selalu menjunjung tinggi asas musyawarah mufakat untuk kepentingan bersama namun yang ada justru keputusan sepihak guna kepentingan golongan.
Mulai Rubuh
Fakta dilapangan sekarang ini, menunjukkan bahwa kemerosotan akhlak dan degradasi wawasan kebangsaan tercermin dalam perilaku yang lebih mengedepankan nilai-nilai individualisme, kapitalisme, dan liberalisme sehingga menggerus nilai-nilai gotong royong, musyawarah mufakat, toleransi, persatuan dan kesatuan yang menjadi identitas bangsa Indonesia. Para pemimpin, tidak dapat mencontohkan serta meemupuk semangat Nasionalisme kepada generasi muda. Pejabat pemerintahan baik itu legislatif, eksekutif, dan yudikatif, tengah asik dengan kepuasan pribadinya. Contoh tak baik ini lah yang kelak akan diadopsi dan diperbuat oleh para geneerasi penerus bangsa.
Kekosongan idealisme Pancasila, jiwa yang hanya terisi oleh nafsu dunia, penyenggraan pemerintahan melenceng dari amanat UUD 1945. Sebagai contoh Sistem ekonomi demokrasi Pancasila yang berasaskan kekeluargaan sebagaimana tertulis dalam pasal 33 UUD 1945, sekarang ini sudah berubah menjadi sistem ekonomi Kapitalis, dimana siapa yang bermodal dia yang menang. Kebhinekaan kini tengah di nodai dengan isi SARA yang dihembuskan oleh orang-orang tak bertanggungjawab, untuk menjatuhkan kaum minoritas.
Contohnya seperti penyerangan terhadap para pengikut Syiah di Sampang Madura, penyerbuan kampung pengikut aliran sufi di Sukabumi, dan pembakaran pewsantren di Sawangan, Depok, dan masih banyak lagi peeristiwa serupa yang harysnya tidak terjadi pada bangsa ini. Seyogianya merupakan bagian dari bangsa ini kini mulai “minder” untuk eksis dalam keehidupan kebangsaan.
Harus Ditegakkan
Perwujudan empat pilar kebangsaan yang menjadi dasar kekuatan bangsa Indonesia saat ini harus segera diimplementasikan kedalam perwujudan dan yang kongret dan nyata. Marajut kembali modal ideologi bangsa dalam satu bangunan kokoh dengan empat pilar itu sebagai penopang kehidupan bangsa agar tetap utuh. Pilar yang sama tinggi dan kuat serta bersinergis, dimaksudkan agar bangunan kebangsaan Indonesia tidak mudah runtuh akibat derasnya arus budaya barat yang menerpa serta, globalisasi perkembangan zaman modren.
Ada beberapa pendekatan untuk menjaga empat pilar kebangsaan, agar tetap utuh yaitu pendekatan Kultural, Edukatif, dan Struktural. Pendekatan kultural adalah dengan memperkenalkan lebih mendalam tentang budaya dan kearifan lokal kepada generasi muda. Hal ini dibutuhkan agar generasi muda di masa depan tetap mengedepankan, dan menjunjung tinggi nilas serta norma budaya yang menjadi identitas bangsa Indonesia.
Pendekatan edukatif melalui sosialisasi atau pengenalan empat pilar kebangsaan kepada generasi penerus bangsa sejak mengenyam pendidikan dasar. Dengan begitu diharapkan pemahaman generasi muda akan pentingnya empat pilar kebangsaan akan tertanam dalam jiwa mereka, dan meraka akan tidak mudah terkontaminasi dengan aliran buruk yang dikeluarkan oleh kelompok atau golongan ttertentu untuk merusak kehidupan bangsa.
Dan yang terakhir adalah pendekatan struktural. Empat pilar ini harus selalu diingatkan oleh pejabat di seluruh tingkat. Mulai dari Ketua RT/RW, kepala desa, camat, lurah sampai Bupati/wali kota hingga Gubernur. Dengan begini, maka krisis moral yang terjadi di Indonesia, dapat diobati dengan Pendidikan memperkokoh karakter bangsa dimana warga negara dituntut lebih mandiri, tanggungjawab, dan mampu menghadapi era globalisasi melalui empat pilar kebangsaan ini
Perlu ditegaskan disini bahwa para peendahulu kita telah meengorbankan segeenap jiwa dan raganya untuk dapat meraih keemeerdekaan yang kita nikmati sekarang ini. perjuangan mereka amatlah berat dan keras, manun mengapa kita yang hidup diera ini justru tidak peernah menghargai hasil jerih paya para leluhur kita? Sekarang kita mencoba meerubuhkan apa yang telah mereka perjuangkan, kita mencoba membangun pilar baru yang menyesatkan yang menguntungkan diri sendiri, atau kelompok semata.
Musyawarah mufakat, mnjunjung tinggi dan saling menghormati perbedaan adalah ciri khas bangsa Indonesia sejak dulu. Namun sekarang ini kita justru lebih suka mengambil keputusan sepihak yang peling menguntungkan diri sendiri, belum lagi permainan SARA untuk menjatuhkan suatu kelompok atau golongan tertentu yang marak terjadi terutama menjelang Pemilu 2014. Bagaimanapun juga kita semua adalah saudara yang hidup dalam satu nusa, satu bangsa, satu bahasa. Jangan mau diadu domba atau dipecah bela seperti apa yang dilakukan bangsa belanda pada saat menjajah kita dulu.
Untuk para pemimpin agama seyogyanya juga ikut berperan aktif menyadarkan umatnya masing-masing untuk bisa hidup berdampingan secara damai dengan siapa pun, dengan pemeluk agama lainya bukan justru malah mempropokasi. Dan untuk para generasi muda, kitalah yang akan menentukan kemana nasib bangsa ini mendatang, tingkatkan semangat Nasionalisme, junjung tinggi nilai nilai pancasila, jaga keutuhan NKRI, serta jadikan UUD 1945 sebagai koridor kehidupan bangsa. Sebab para pejabat yang sekarang ini merupakan produk gagal yang tak dapat memberi kontribusi untuk bangsa, kita lah satu-satunya harapan bangsa ini untuk menjadi lebih baik. Sebab kalau bukan kita siapa lagi? Masa depan bangsa ada dipundak kita bersama wahai generasi muda.***
 Written by Saputra on .

0 komentar:

10 TOKOH KEBANGKITAN NASIONAL

10 TOKOH KEBANGKITAN NASIONAL

Posted on
Sepertinya gw tertarik sekali untuk menjawab tantangan dari mas daeng fattah. Setelah berusaha meluangkan waktu sebisa mungkin, sekarang adalah kesempatannya. Untuk membahas kebangkitan nasional kembali sepertinya sudah tidak perlu. Bisa dilihat pada postingan sebelumnya, 100 tahun kebangkitan nasional. Agak membosankan jika harus mengulang kembali dan bercerita kembali secara panjang lebar mengenai kebangkitan nasional. Jadi langsung saja pada pokok pembahasan.
Inilah TOP 10 tokoh kebangkitan Nasional menurut gw. Oh ya, mengingatkan terlebih dahulu, bahwa beberapa tokoh kemungkinan bukan pahlawan nasional karena menurut gw tokoh kebangkitan nasional tak harus seorang pejuang pada masa penjajahan ataupun masa-masa mempertahankan kemerdekaan selepas kemerdekaan baru direnggut di tangan kita. Ya, kembali lagi.
TOP 10 TOKOH KEBANGKITAN NASIONAL:
1. Dr. Sutomo

Kenapa gw menaruh nama beliau pada peringkat pertama? Bukan lain lagi alasannya, karena beliaulah pendiri Budi Utomo yang manakala hari didirikannya diperingatkan sebagai Hari Kebangkitan Nasional. 20 Mei 1908, beliau bersama rekan-rekan lulusan STOVIA mendirikan Budi Utomo, organisasi yang membuat Indonesia menghadapi suatu zaman, yakni pergerakan nasional. Dari organisasi inilah mulai bermunculan organisasi-organisasi pergerakan nasional lainnya. Budi Utomo merangsang rakyat Indonesia agar lepas dari kehidupan terjajah dan menuju kemerdekaan. Setelah mengetahui kekalahan Rusia ditangan Jepang dan penderitaan yang semakin meradang, akhirnya pergerakan nasional pun berkobar di Indonesia. Dr. Sutomo sendiri tidak menetapkan tarif kepada setiap pasiennya, terkadang pasien tersebut mendapatkan pengobatan tanpa biaya. Sulit sekali mencari dokter yang seperti ini di dunia sekarang. Materi menjadi segalanya, bak Tuhan yang disembah. Bahkan terkadang lebih diagungkan daripada Tuhan. Astagfirullah….
2. Ki Hajar Dewantara

Siapa yang tidak kenal tokoh satu ini? Tokoh yang merupakan pelopor pendidikan bagi bangsa Indonesia pada saat zaman penjajahan. Tokoh yang terlahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soerjaningrat ini mendirikan perguruan Taman Siswa yang memberikan kesempatan kepada kaum pribumi untuk mengecap indahnya bangku pendidikan. Selain itu beliau juga turut serta dalam pendirian Budi Utomo. Hari Kelahirannya, yakni pada tanggal 2 Mei diperingati sebagai Hari Pendidikan. Kenapa gw menempatkan beliau pada tempat kedua? Karena selain menjadi tokoh pergerakan nasional, beliau juga menjadi tokoh pendidikan Indonesia. Tanpa beliau, bangsa kita tidak akan pernah menikmati indahnya masa-masa sekolah dan mengenyam pendidikan.
3. Ernest François Eugène Douwes Dekker

Tokoh ini masih juga berdarah Indonesia. Namun tidak sepenuhnya. Tetapi keberadaanya bagi Indonesia sangat bermakna. Beliau mendirikan Nationale Indische Partij pada tahun 1912, Nationale Indische Partij merupakan sebuah partai politik. Menilai Budi Utomo terbatas pada bidang kebudayaan saja, maka Douwes Dekker mendirikan sebuah partai politik. Ernest François Eugène Douwes Dekker masih terhitung saudara dengan pengarang buku Max Haveelar, Eduard Douwes Dekker. Douwes Dekker sendiri yang tidak sepenuhnya berdarah Indonesia, namun ia dengan segenap jiwa dan raga berjuang untuk pergerakan nasional Indonesia. National Indische Partij pun aktif dalam berbagai organisasi internasional, seperti Liga Penentang Imperialisme dan Penindasan, serta Liga Demokrasi Internasional untuk menarik perhatian dunia internasional. Douwes Dekker mencurahkan pikiran dan tenaganya demi memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
4. Dr. Cipto Mangunkusumo

Beliau merupakan dokter profesional yang cenderung lebih dikenal sebagai tokoh pergerakan nasional. Bersama dengan Ki Hajar Dewantara dan Douwes Dekker, beliau mendirikan partai politik Nationale Indische Partij. Pada awalnya Dr. Cipto Mangunkusumo bergerak sebagai dokter pemerintahan dibawah Belanda. Namun karena beberapa tulisannya dalam De Express yang cenderung mengkritik kekejaman pemerintahan Belanda, akhirnya beliau diberhentikan sebagai dokter pemerintahan. Hal tersebut membuat beliau semakin intens melakukan perjuangan. Bayangkan jika kita seperti beliau? Mungkin kita malah akan mengemis-ngemis kembali meminta jabatan dengan gaji layak tersebut kembali. Tapi beliau tidak, dengan sepenuh hati memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia.
5. Soekarno

Sejujurnya bukan tokoh kebangkitan nasional, tapi bagi gw, beliau berjasa besar dalam kebangkitan nasional Indonesia. Kebangkitan nasional bukan saja pada masa berdirinya organisasi-organisasi pergerakan nasional, namun hingga saat ini juga. Soekarno berjasa besar bagi bangsa Indonesia. Perjuangannya menjelang detik-detik proklamasi tidak dapat dilupakan. Aktif dalam organisasi PUTRA yang berjuang demi kemerdekaan bangsa Indonesia pun tidak dapat dilupakan. Walaupun setelah kemerdekaan, pada masa demokrasi terpimpin ia bertindak bagaikan diktator, semua jasanya tak dapat dilupa. Pada saat agresi militer I ketika Indonesia terdesak, beliau memerintahkan Syafrudin Prawiranegara untuk melanjutkan perjuangan Indonesia dengan mendirikan Pemerintah Darurat Republik Indonesia. Walaupun dengan risiko ditangkap oleh Belanda karena kondisi Yogyakarta pada saat itu masih sangat rawan. Inilah semangat perjuangan yang harus dimiliki segenap bangsa.
6. Mohammad Hatta
Mohammad Hatta
Beliau turut aktif dalam beberapa organisasi pergerakan. Beberapa kali ditangkap oleh Belanda tidak memupuskan semangat perjuangannya. Beberapa organisasi seperti Indische Vereeniging dan Club Pendidikan Nasional Indonesia pernah ia geluti. Perannya sebagai Bapak Proklamator menjadi faktor utama yang membuat dirinya dikenal oleh khalayak ramai. Pada sidang BPUPKI pada tanggal 18 Agustus 1945, sehari setelah kemerdekaan Indonesia, beliau diangkat menjadi wakil presiden Republik Indonesia dan Soekarno sebagai Presiden Republik Indonesia.
7. Soeharto

Sepertinya banyak yang tidak setuju dengan pendapat gw yang satu ini. Tapi menurut gw, berbagai jasanya berhasil membuat Indonesia mempertahankan kemerdekannya dan maju sehingga bisa dikenal oleh dunia. Serangan Oemoem dan penumpasan PKI tak lepas dari kinerja beliau. Beberapa program yang dilancarkan semasa beliau menjabat sebagai presiden pun mampu mengangkat nama Indonesia di dunia Internasional. Indonesia mengalami kebangkitan pada masa-masa kejayaan tersebut. Kurs Rupiah terhadap mata uang asing pun tak seperti sekarang ini yang terus melambung. Kesejahteraan pun bisa dilihat, walaupun lama kelamaan Indonesia mengalami kemeresotonnya juga. Dan beliau terpaksa mundur dari jabatan presiden yang telah dijabat selama 30 tahun lebih. Namun, jasa beliau bagi Indonesia tak akan boleh dilupakan.
8. Amien Rais

Entah kenapa gw tersihir oleh pesona tokoh nasional yang satu ini. Dalam pandangan gw, beliau pun berjasa besar dalam kebangkitan nasional Indonesia. Tokoh Muhamaddiyah dan Partai Amanat Nasional ini menjadi tokoh reformasi paling dikenang. Beliau mendukung gerakan pemuda Indonesia untuk mencapai reformasi yang diimpikan. Walaupun setelah 10 tahun reformasi pun tidak memperlihatkan peningkatan yang berarti. Komentar-komentar beliau yang lugas, tegas, dan begitu mengena serta bermakna menanamkan rasa perjuangan tinggi dalam diri gw. Semangat perjuangan berkobar di dalam dada. Bisa dibilang kita bisa mengambil makna dibalik setiap kata-katanya.
9. BJ Habibie

Walaupun dirinya hanya menduduki bangku presiden tak lama, tapi ada sesuatu yang membuat beliau menjadi seorang tokoh kebangkitan Nasional. Pemerintahannya diisi dengan demo hampir setiap hari karena kepemimpinannya dianggap meneruskan Orde Baru. Tetapi beliau merupakan jenius teknologi Indonesia. Indonesia tidak memiliki anak bangsa seperti ini lagi seperti Habibie. Akan sulit untuk mencari jenius seperti beliau dalam beberapa waktu ini. Pemikiran cemerlangnya menyumbangkan berbagai macam keuntungan bagi Indonesia. Pada saat tersebut, kita membuktikan bahwa anak Indonesia bisa juga mengalahkan pemikiran-pemikiran orang jenius yang terdapat di dunia ini.
10. Susi Susanti

Akhirnya sampai juga pada peringkat terakhir. Entah kenapa gw menaruh nama beliau. Sepertinya karena gw merupakan fanatik bulu tangkis juga. Tapi banyak juga aspek lain yang membuat gw menaruh nama beliau diantara 9 tokoh nasional dalam pemerintahan. Sumbangsih beliau bagi bangsa bisa dibilang cukup besar. Diantara sekian banyak prestasi bulu tangkis yang Indonesia capai, prestasi beliau merupakan prestasi yang tak pernah dilupa oleh segenap bangsa. Ketika Indonesia masih menjalani masa-masa orde baru, beliau berhasil menyumbangkan medali emas pada olimpiade. Indonesia menjadi dikenal dalam dunia olahraga. Walaupun lebih cenderung pada satu cabang saja, bulutangkis. Semangat untuk mengharumkan nama bangsa Indonesia mulai tumbuh. Satu per satu anak bangsa mulai mengharumkan nama bangsa dari berbagai bidang. Dimulai dari sini. Dari sekarang. Saat ini juga.

0 komentar:

Asal Usul Nama “Indonesia”

Asal Usul Nama “Indonesia”

13672514652092607185
Rasanya aneh jika kita tidak mengetahui arti dan makna dari kata negara kita “Indonesia”. Berikut adalah penjabaran arti dari kata Indonesia :
Asal-usul nama Indonesia
Pada zaman purba, kepulauan tanah air disebut dengan aneka nama. Dalam catatan bangsa Tionghoa kawasan kepulauan tanah air dinamai Nan-hai(Kepulauan Laut Selatan). Berbagai catatan kuno bangsa Indoa menamai kepulauan ini Dwipantara (Kepulauan Tanah Seberang), nama yang diturunkan dari kata Sansekerta dwipa (pulau) dan antara (luar, seberang). Kisah Ramayana karya pujangga Walmiki menceritakan pencarian terhadap Sinta, istri Rama yang diculik Rahwana, sampai ke Suwarnadwipa (Pulau Emas, yaitu Sumatra sekarang) yang terletak di Kepulauan Dwipantara.
Bangsa Arab menyebut tanah air kita Jaza’ir al-Jawi (Kepulauan Jawa). Nama Latin untuk kemenyan adalah benzoe, berasal dari bahasa Arab luban jawi(kemenyan Jawa), sebab para pedagang Arab memperoleh kemenyan dari batang pohon Styrax sumatrana yang dahulu hanya tumbuh di Sumatera. Sampai hari ini jemaah haji kita masih sering dipanggil “Jawa” oleh orang Arab. Bahkan orang Indonesia luar Jawa sekalipun. Dalam bahasa Arab juga dikenal Samathrah (Sumatra), Sholibis (Sulawesi), Sundah (Sunda), semua pulau itu dikenal sebagai kulluh Jawi (semuanya Jawa).
Bangsa-bangsa Eropa yang pertama kali datang beranggapan bahwa Asia hanya terdiri dari Arab, Persia, India dan Tiongkok. Bagi mereka, daerah yang terbentang luas antara Persia dan Tiongkok semuanya adalah “Hindia“. Semenanjung Asia Selatan mereka sebut “Hindia Muka” dan daratan Asia Tenggara dinamai “Hindia Belakang”. Sedangkan tanah air memperoleh nama “Kepulauan Hindia” (Indische ArchipelIndian Archipelagol’Archipel Indien) atau “Hindia Timur” (Oost IndieEast IndiesIndes Orientales). Nama lain yang juga dipakai adalah “Kepulauan Melayu” (Maleische ArchipelMalay Archipelagol’Archipel Malais).
Pada jaman penjajahan Belanda, nama resmi yang digunakan adalahNederlandsch-Indie (Hindia Belanda), sedangkan pemerintah pendudukan Jepang 1942-1945 memakai istilah To-Indo (Hindia Timur).
Eduard Douwes Dekker ( 1820 – 1887 ), yang dikenal dengan nama samaran Multatuli, pernah mengusulkan nama yang spesifik untuk menyebutkan kepulauan tanah air kita, yaitu Insulinde, yang artinya juga “Kepulauan Hindia” ( Bahasa Latin insula berarti pulau). Nama Insulinde ini kurang populer.
Nusantara
Pada tahun 1920, Ernest Francois Eugene Douwes Dekker ( 1879 – 1950), yang dikenal sebagai Dr. Setiabudi (cucu dari adik Multatuli), memperkenalkan suatu nama untuk tanah air kita yang tidak mengandung unsur kata “India”. Nama itu tiada lain adalah Nusantara, suatu istilah yang telah tenggelam berabad-abad lamanya. Setiabudi mengambil nama itu dari Pararaton, naskah kuno zaman Majapahit yang ditemukan di Bali pada akhir abad ke-19 lalu diterjemahkan oleh JLA. Brandes dan diterbitkan oleh Nicholaas Johannes Krom pada tahun 1920.
Pengertian Nusantara yang diusulkan Setiabudi jauh berbeda dengan pengertian nusantara zaman Majapahit. Pada masa Majapahit, Nusantara digunakan untuk menyebutkan pulau-pulau di luar Jawa (antara dalam Bahasa Sansekerta artinya luar, seberang) sebagai lawan dari Jawadwipa (Pulau Jawa). Sumpah Palapa dari Gajah Mada tertulis “Lamun huwus kalah nusantara, isun amukti palapa” (Jika telah kalah pulau-pulau seberang, barulah saya menikmati istirahat).
Oleh Dr. Setiabudi kata nusantara zaman Majapahit yang berkonotasi jahiliyahitu diberi pengertian yang nasionalistis. Dengan mengambil kata Melayu asliantara, maka Nusantara kini memiliki arti yang baru yaitu “nusa di antara dua benua dan dua samudra”, sehingga Jawa pun termasuk dalam definisi nusantara yang modern. Istilah nusantara dari Setiabudi ini dengan cepat menjadi populer penggunaannya sebagai alternatif dari nama Hindia Belanda.
Sampai hari ini istilah nusantara tetap dipakai untuk menyebutkan wilayah tanah air dari Sabang sampai Merauke.
Indonesia
Pada tahun 1847 di Singapura terbit sebuah majalah ilmiah tahunan, Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA), yang dikelola oleh James Richardson Logan ( 1819 – 1869 ), seorang Skotlandia yang meraih sarjana hukum dari Universitas Edinburgh. Kemudian pada tahun 1849 seorang ahli etnologi bangsa Ingris, George Samuel Windsor Earl ( 1813 – 1865 ), menggabungkan diri sebagai redaksi majalah JIAEA.
Dalam JIAEA Volume IV tahun 1850, halaman 66-74, Earl menulis artikel On the Leading Characteristics of the Papuan, Australian and Malay-Polynesian Nations. Dalam artikelnya itu Earl menegaskan bahwa sudah tiba saatnya bagi penduduk Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu untuk memiliki nama khas (a distinctive name), sebab nama Hindia tidaklah tepat dan sering rancu dengan penyebutan India yang lain. Earl mengajukan dua pilihan nama:Indunesia atau Malayunesia (nesos dalam bahasa Yunani berarti pulau). Pada halaman 71 artikelnya itu tertulis:
… the inhabitants of the Indian Archipelago or Malayan Archipelago would become respectively Indunesians or Malayunesians“.
Earl sendiri menyatakan memilih nama Malayunesia (Kepulauan Melayu) daripada Indunesia (Kepulauan Hindia), sebab Malayunesia sangat tepat untuk ras Melayu, sedangkan Indunesia bisa juga digunakan untuk Ceylon ( Srilanka ) dan Maladewa. Earl berpendapat juga bahwa nahasa Melayu dipakai di seluruh kepulauan ini. Dalam tulisannya itu Earl memang menggunakan istilah Malayunesia dan tidak memakai istilah Indunesia.
Dalam JIAEA Volume IV itu juga, halaman 252-347, James Richardson Logan menulis artikel The Ethnology of the Indian Archipelago. Pada awal tulisannya, Logan pun menyatakan perlunya nama khas bagi kepulauan tanah air kita, sebab istilah “Indian Archipelago” terlalu panjang dan membingungkan. Logan memungut nama Indunesia yang dibuang Earl, dan huruf u digantinya dengan huruf o agar ucapannya lebih baik. Maka lahirlah istilah Indonesia.
Untuk pertama kalinya kata Indonesia muncul di dunia dengan tercetak pada halaman 254 dalam tulisan Logan:
Mr. Earl suggests the ethnographical term Indunesian, but rejects it in favour of Malayunesian. I prefer the purely geographical term Indonesia, which is merely a shorter synonym for the Indian Islands or the Indian Archipelago“.
Ketika mengusulkan nama “Indonesia” agaknya Logan tidak menyadari bahwa di kemudian hari nama itu akan menjadi nama resmi. Sejak saat itu Logan secara konsisten menggunakan nama “Indonesia” dalam tulisan-tulisan ilmiahnya, dan lambat laun pemakaian istilah ini menyebar di kalangan para ilmuwan bidang etnologi dan geografi.
Pada tahun 1884 guru besar etnologi di Universitas Berlin yang bernama Adolf Bastian (1826 – 1905 ) menerbitkan buku Indonesien oder die Inseln des Malayischen Archipel sebanyak lima volume, yang memuat hasil penelitiannya ketika mengembara ke tanah air pada tahun 1864 sampai 1880. Buku Bastian inilah yang memopulerkan istilah “Indonesia” di kalangan sarjana Belanda, sehingga sempat timbul anggapan bahwa istilah “Indonesia” itu ciptaan Bastian. Pendapat yang tidak benar itu, antara lain tercantum dalamEncyclopedie van Nederlandsch-Indie tahun 1918. Padahal Bastian mengambil istilah “Indonesia” itu dari tulisan-tulisan Logan.
Pribumi yang mula-mula menggunakan istilah “Indonesia” adalah Suwardi Suryaningrat ( Ki Hajar Dewantara ). Ketika dibuang ke negeri Belanda tahun 1913 beliau mendirikan sebuah biro pers dengan nama Indonesische Pers-bureau.
Nama indonesisch (Indonesia) juga diperkenalkan sebagai pengganti indisch (Hindia) oleh Prof. Cornelis van Vollenhoven (1917). Sejalan dengan itu, inlander (pribumi) diganti dengan indonesiër (orang Indonesia).
Identitas Politik
Pada dasawarsa 1920-an, nama “Indonesia” yang merupakan istilah ilmiah dalam etnologi dan geografi itu diambil alih oleh tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan tanah air kita, sehingga nama “Indonesia” akhirnya memiliki makna politis, yaitu identitas suatu bangsa yang memperjuangkan kemerdekaan. Akibatnya pemerintah Belanda mulai curiga dan waspada terhadap pemakaian kata ciptaan Logan itu.
Pada tahun 1922 atas inisiatif Mohammad Hatta, seorang mahasiswa Handels Hoogeschool (Sekolah Tinggi Ekonomi) di Rotterdam, organisasi pelajar dan mahasiswa Hindia di Negeri Belanda (yang terbentuk tahun 1908 dengan nama Indische Vereeniging berubah nama menjadi Indonesische Vereeniging atau Perhimpoenan Indonesia. Majalah mereka, Hindia Poetra, berganti nama menjadi Indonesia Merdeka.
Bung Hatta menegaskan dalam tulisannya,:
“Negara Indonesia Merdeka yang akan datang (de toekomstige vrije Indonesische staat) mustahil disebut “Hindia Belanda”. Juga tidak “Hindia” saja, sebab dapat menimbulkan kekeliruan dengan India yang asli. Bagi kami nama Indonesia menyatakan suatu tujuan politik (een politiek doel), karena melambangkan dan mencita-citakan suatu tanah air di masa depan, dan untuk mewujudkannya tiap orang Indonesia (Indonesier) akan berusaha dengan segala tenaga dan kemampuannya.”
Di tanah air Dr. Sutomo mendirikan Indonesische Studie Club pada tahun 1924). Pada tahun 1925, Jong Islamieten Bond membentuk kepanduan Nationaal Indonesische Padvinderij (Natipij). Itulah tiga organisasi di tanah air yang mula-mula menggunakan nama “Indonesia”. Akhirnya nama “Indonesia” dinobatkan sebagai nama tanah air, bangsa dan bahasa pada Kerapatan Pemoeda-Pemoedi Indonesia tanggal 28 Oktober 1928, yang kini dikenal dengan sebutan Sumpah Pemuda.
Pada bulan Agustus 1939 tiga orang anggota Volksraad (Dewan Rakyat; parlemen Hindia Belanda), Muhammad Husni Thamrin, Wiwoho Purbohadidjojo dan Sutardjo Kartohadikusumo, mengajukan mosi kepada Pemerintah Hindia Belanda agar nama “Indonesia” diresmikan sebagai pengganti nama “Nederlandsch-Indie”. Tetapi Belanda menolak mosi ini.
Dengan jatuhnya tanah air ke tangan Jepang pada tanggal 8 Maret 1942, lenyaplah nama “Hindia Belanda”. Lalu pada tanggal 17 Agustus 1945, lahirlahRepublik Indonesia.
Asal istilah nama Indonesia
Nama ” INDONESIA” muncul pertama kali tahun 1850 yang diciptakan/dipakai oleh James Richard Logan (ahli hukum Skotlandia) Menurutnya dia lebih menyukai isitilah geografis “Indonesia” yang bersinonim dengan “Kepulauan Hindia”.
Pendapatnya merupakan penolakan terhadap istilah “indunesians” dan “Melayunesians” yang digunakan oleh George Samuel Windsoe Earl unJustify Fulltuk menyebut penduduk Kepulauan Malayan.
JR Logan menciptakan istilah baru ” Indonesia” untuk menyebut penghuni wilayah gugusan nusantara dan membaginya menjadi 4 wilayah geografis : 1. Indonesia Barat terdiri dari Sumatera, semenanjung Melayu, Kalimantan, Jawa dan pulau-pulau antara. 2. Indonesia Timur Laut terdiri dari Formosa hingga gugusan Kepulauan Sulu dan Mindanao di Philipina hingga Kepulauan Visaya. 3. Indonesia barat daya terdiri dari Pantai timur Kalimantan hingga Papua Nugini termasuk gugusan kepulauan di papua barat, Kai dan Aru. dan 4. Indonesai Selatan terdiri dari gugusan kepulauan selatan trans-Jawa, anatara Jawa – Papua Nugini atau dari Bali hingga gugusan Kepulauan Timor.
Loga adalah orang yang pertama mengenalkan nama “Indonesia”, kemudian Adolf Bastian guru besar Etnologi Universitas Berlin yang mempopulerkannya di dunia akademis selama kurun waktu 1884-1894. Nama Indonesia sudah dikenal sebagai istilah budaya dan geografis, karena secara politis wilayah ini dikuasai Belanda dengan sebutan Nederlandsch-Indie )Hindia Belanda).
Makna politis terminologi Indonesia baru tumbuh setelah abad ke-20, setelah Suwardi Suryaningrat (Ki Hadjar Dewantara) memakainya melalui pendirian biro pers Indonesische Per-bureu saat diasingkan ke negeri Belanda tahun 1913. Th 1922 atas prakarsa Mohammad Hatta mengubah nama Indische Vereeniging menjadi Indonesische Vereeniging atau Perhimpoenan Indonesia yang merupakan organisasi pelajar dan mahasiswa Hindia di Belanda yang didirikan tahun 1908.
Era ini merupakan penguatan gerakan pemakian nama “INDONESIA” sebagai penggagti istilah “Hindia belanda” oleh kalangan pemuda dan mahasiswa Indonesia hingga mencapai kemerdekaan. Hal ini juga dibarengi adanya perubahan nama majalah milik Perhimpoenan Indonesia yauti Hindia Belanda menjadi “Indonesia Merdeka ” Sementara itu di tanah air, pergerakan memakai nama “Indonesia” dimulau th 1942 oleh dr.Soetomo pendiri Indonesische Studie Club. Setahun kemudian, Jong Islamieten Bond membentuk Kepanduan National Indonesische Padvinderi (NATIPIJ).
Nama “Indonesia” sebagai suatu negara dan bangsa baru muncul saat Soekarno – Hatta atas nama bangsa Indonesia memproklamirkan Kemerdekaan Indonesia tgl 17 Agustus 1945. Kini Indonesia memasuki usianya yang ke-63 usia yang tidak muda lagi, apakah sudah terwujud cita-cita para pendiri negeri ini ?
Sekian sekilas tentang paparan sejarah bangsa indonesia semoga kita tetap tergugah untuk melestarikan nilai-nilai sejarah dan asal-usul diri kita sebagai bangsa yang besar dan bisa memberikan efek positif terhadap motivasi diri para generasi kita kelak untuk tetap menjaga nilai-nila luhur bangsa ini

0 komentar:

Kisah terbang 10 hari Amsterdam-Jakarta di era kolonial

Kisah terbang 10 hari Amsterdam-Jakarta di era kolonial

b2f579776506dfe2950b259afc685ae8_kisah-terbang-10-hari-amsterdam-jakarta-di-era-kolonial
Dulu bangsa Eropa banyak memiliki wilayah jajahan di belahan dunia. Salah satunya Belanda yang menjajah Indonesia tiga abad lamanya.
Sebelum ada pesawat terbang, para bule Belanda hilir mudik ke Dutch East Indies (Indonesia) dengan menumpangi kapal laut. Mereka harus sabar menempuh waktu enam hingga delapan pekan lamanya, paling cepat satu bulan, untuk sampai di Indonesia.
Namun, kemajuan teknologi yang dicapai manusia telah memudahkan mereka berlalu lalang dari Belanda ke Indonesia. Saat itu pesawat terbang telah berhasil diciptakan dan mampu memperpendek waktu perjalanan ke lokasi tertentu.

Seperti dutch-aviation.nl, maskapai kerajaan Belanda, KLM, resmi didirikan pada 25 September 1930. Salah satu prestasi besar yang berhasil dicapai maskapai itu dalam sejarah penerbangan adalah berhasil menempuh penerbangan dari Amsterdam ke Batavia (Jakarta), yang saat itu dikuasai Belanda.
Meski penerbangan menempuh jarak lebih dari 11 ribu kilometer, teknologi navigasi yang digunakan belum secanggih seperti sekarang. Saat itu, pilot masih menggunakan peta topografi berwarna dan bantuan dari operator radio di darat. Selama penerbangan, operator radio akan membantu navigasi sepanjang garis pantai yang digunakan sebagai jalur penerbangan.
Pada tahun 1935, penerbangan dari Amsterdam menuju Batavia diperkenalkan untuk pertama kalinya. Awalnya, maskapai hanya melayani penerbangan sekali seminggu.
Kemudian pada 12 Juni 1935, maskapai melayani penerbangan dua kali seminggu. Pesawat yang digunakan untuk penerbangan itu berjenis DC2 PN-AKN “Nachteegal” dengan nomor penerbangan 241.
Dengan mempertimbangkan daya angkut dan jarak tempuh, maskapai hanya memperbolehkan maksimal 5 penumpang. Selanjutnya jumlah penumpang bertambah menjadi 7. Waktu tempuhnya sekitar 10 hari.
Seusai penerbangan panjang itu, para awak menghabiskan waktu selama 6 hari beristirahat di Lembang, Bandung. Selain melayani rute jarak jauh, maskapai MLM juga melayani rute penerbangan jarak pendek, yaitu dari Singapura ke Batavia yang mendarat di Tjililitan Airport, sekarang Halim. Penerbangan pendek itu juga melakukan transit di Palembang.
(sumber: Merdeka Online)

0 komentar:

Asal-usul Gunung Bromo dan Semeru

Asal-usul Gunung Bromo dan Semeru



Gunung Bromo dan Semeru (Foto: Google)
Alkisah pada zaman dahulu Pulau Jawa belum dihuni oleh manusia, bagaikan daun padi yang terapung dan terombang-ambing di tengah samudera dan senantiasa mengguncang setiap pulau di muka Bumi. Pulau Jawa selalu bergerak berpindah-pindah sebab tidak ada gunung-gunung yang menahannya. Oleh karena itu, Bhatara Jagatpramana (nama lain Bhatara Guru) berdiri, dia menciptakan Pulau Jawa bersama Bhatari Parameswari, sehingga terdapatlah Gunung Dihyang (Gunung Dieng sekarang), tempat Bhatara Guru kemudian mencipta.
Setelah Bhatara Guru selesai melakukan semadi, kemudian memerintahkan Hyang Brahma dan Wisnu untuk menciptakan manusia. Manusia laki-laki dibuat oleh Brahma, sedangkan manusia perempuan dibuat oleh Wisnu. Tanah dikepal-kepalnya dan dibuatlah manusia yang sangat elok rupanya seperti rupa dewata. Sepasang manusia di Pulau Jawa itu lalu beranak pinak. Sayang mereka masih tanpa pakaian, tidak dapat berbicara dan belum menetap dalam suatu rumah. Maka dari itu para dewata berkumpul dan bermusyawarah menghadap kepada Bhatara Guru. Bhatara Guru memerintahkan kepada para dewa agar turun ke Pulau Jawa untuk mendidik manusia Jawa.
Maka para Dewa bersama-sama turun ke Pulau Jawa. Wiswakarma mengajarkan cara membuat rumah. Iswara mengajarkan  tentang Dasasila (sepuluh hal yang utama) dan Pancasiska (ilmu hukum/tata tertib). Wisnu mengajarkan cara bertingkah laku dan menjadi guru manusia. Mahadewa mengajarkan menjadi tukang besi dan membuat pakaian. Bhagawan Ciptagupta mengajarkan melukis dan mewarnai perhiasan. Brahma mengajarkan cara membuat peralatan dari besi. Lima makhluk besar dimintai pertolongannya, yakni bumi, air, api, angin, dan angkasa. Bumi sebagai landasan (paron), air sebagai penjepit, api sebagai pembakar, angin sebagai peniup api, dan angkasa sebagai palu. Oleh karena itu, tempat itu dinamai Gunung Brahma (Bromo), tempat Brahma menjadi pandai besi. Palu dan landasannya sebesar pohon tal, penjepitnya (guntingnya) sebesar pohon pinang, sang Bayu (angin) keluar dari goa, dan sang Agni (api) selalu ada siang dan malam. Itulah tempat Brahma mengerjakan pekerjaan pandai besi.
Adapun Pulau Jawa pada zaman itu masih bergoyang-goyang, selalu bergerak mengguncang-guncang, karena belum ada penindihnya. Oleh karena itu Bhatara Guru mencari alat untuk menguatkan Pulau Jawa supaya tetap kuat. Kemudian Bhatara Guru bertapa di Gunung Hyang (Gunung Dewa, Gunung Dieng sekarang), berdiri menghadap ke timur, kemudian diputarlah air sampai menjadi busa, lalu menjadi gunung. Tanah yang dipijak oleh kaki Bhatara kelak menjadi Gunung Limohan. Kemudian Pulau Jawa sudah tidak kuat lagi, selalu bergerak berguncang-guncang. Kemudian Bhatara Parameswara (nama lain Bhatara Guru) memerintahkan kepada para dewata menghentikan penciptaan dunia. Maka pulanglah mereka ke sorganya masing-masing. Adapun manusia di Pulau Jawa semakin lama semakin bertambah banyak.
Melihat keadaan Pulau Jawa para Dewa merasa sangat prihatin. Itu sebabnya, dengan berbondong-bondong para dewa menghadap Bhatara Guru yang menjadi pemimpin mereka. Semua dewata, para resi, para pahlawan, para bidadari, para gandarwa, semua berhimpun dan sujud di kaki Bhatara Mahakarana. Setelah mereka berbuat sembah, mereka duduk bersila berderet menghadap ke Bhatara Guru. ”Sampai sekarang Pulau Jawa masih terus bergoyang kalau tidak segera diatasi, pulau itu selamanya tidak akan ditempati. Karena itu, mohon Pukulun (Tuan) memikirkannya,” kata Dewa Wisnu. Sesuai dengan hasil semadinya di Gunung Dihyang Bhatara Guru telah menemukan cara mengatasi hal itu. “Satu-satunya cara untuk membuat Pulau Jawa kokoh dan tidak bergoyang adalah dengan memberinya pasak. Karena itu pergilah ke Jambudwipa (India). Potonglah Gunung Mandara separuhnya dan ambillah puncak Mahameru untuk dijadikan pasak Pulau Jawa,” ujar Bhatara Guru. “Mohon ampun, Pukulun. Gunung Mandara itu sangat tinggi, puncaknya yang bernama Mahameru sampai menyentuh langit. Jadi, meskipun diambil separuhnya, tetap saja sangat besar dan terlalu berat untuk diangkat serta dipindahkan. Mana mungkin di antara kami ada yang mampu melaksanakan tugas tersebut?” kata Bhatara Bayu. “Sebesar dan seberat apapun suatu pekerjaan, akan menjadi lebih mudah dan terasa lebih ringan bila dikerjakan bersama-sama. Itu sebabnya, kalian harus berangkat bersama-sama dan bergotong-royong untuk menyelesaikan pekerjaan ini”, perintah Bhatara Guru.
Tanpa menunggu waktu lebih lama lagi berangkatlah para dewa ke Negeri Jambudwipa. Mereka bahu-membahu memotong Gunung Mandara menjadi dua. Setelah puncak Mahameru berhasil didapatkan, barulah para dewa itu membagi tugas untuk membawanya ke Pulau Jawa. Mula-mula, Bhatara Brahma yang mengubah dirinya menjadi kura-kura raksasa. Kura-kura yang besarnya tiada terkira itu dijadikan alas untuk meletakkan Mahameru. Kemudian Bhatara Bayu, sang dewa kekuatan mengangkat Mahameru dengan dibantu dewa yang lain, dan meletakkannya di punggung kura-kura. Setelah itu Bhatara Wisnu mengubah diri menjadi naga raksasa yang panjangnya tidak terjangkau mata. Naga raksasa itu membelit Mahameru agar tidak sampai terjatuh selama dalam perjalanan.
Di perjalanan para dewa yang kelelahan membawa Mahameru, merasa sangat kehausan. Mereka melihat ada air yang sangat jernih keluar dari Mahameru yang dibawanya. Para dewa yang menempuh perjalanan yang sangat jauh, segera berebut mengambilnya. Mereka ingin menghapus dahaga dengan meminum air tersebut. Mereka tidak sadar bahwa air itu sebenarnya adalah air racun Kalakuta yang mematikan. Sesaat setelah meminumnya, para dewa itu menemui ajalnya.
Tidak berapa lama kemudian, Bhatara Guru datang untuk melihat kerja para dewa. Betapa terkejutnya pemimpin para dewa itu, mengetahui anak buahnya sudah terbujur kaku tidak bernyawa. “Ah, semua dewata mati.  Apa sebabnya mereka mati?” kata Bhatara Guru dalam hati. Setelah melihat keadaan sekeliling, Bhatara Guru mencurigai air yang mengalir dari puncak Mahamerulah yang menjadi penyebab kematian para dewa. Untuk membuktikannya, Bhatara Guru meneguk air racun Kalakuta itu. Ternyata benar, begitu melewati tenggorokan, leher Bhatara Guru seketika bagai terbakar. Bhatara Guru pun memuntahkannya. Namun sudah terlambat, meski berhasil dimuntahkan, leher Bhatara Guru sudah terlanjur terbakar dan tak bisa disembuhkan. Akibatnya, pada leher Bhatara Guru terdapat tanda hitam yang tidak dapat dihilangkan. Sejak saat itu, Bhatara Guru mendapat sebutan Bhatara Nilakanta yang artinya leher hitam.
“Ganas sekali racun Mahameru ini. Pantas bila para dewa langsung menemui ajal begitu meminumnya,” guman Batara Guru. Akhirnya, dengan kesaktian yang dimiliki, Bhatara Guru mengubah air racun Kalakuta menjadi air suci pangkal kehidupan. Air itu diberi nama Tirtha Kamandalu. Tirtha Kamandalu itu segera disiramkan ke semua jasad para dewa. Ajaib! Begitu tersentuh Tirtha Kamandalu, para Dewa langsung hidup sebagaimana keadaan semula. Maka Bhatara Guru berkata: “Kini bawalah kembali Sang Hyang Mandaragiri (nama lain Mahameru) sampai ke Pulau Jawa, hai anak-anakku.”
Maka para raksasa dikerahkan untuk membantu para dewata. Gunung Mandara diangkat, kemudian sampailah mereka ke sisi sebelah barat Pulau Jawa. Nampaklah Mahameru bercahaya cemerlang, oleh karena itu Gunung Mahameru dinamakan juga Kelasaparwata. Lalu ditancapkanlah di sebelah barat Pulau Jawa sebagai paku. Namun yang terjadi adalah Pulau Jawa terjungkit dan sebelah timur Pulau Jawa terangkat ke atas. Tunggul sisanya hanya ada di sisi barat, oleh karena itu nanti akan ada Gunung Kailasa, tunggulnya Sang Hyang Mahameru. Akhirnya puncaknya Mahameru dipindahkan ke sebelah timur, diangkat bersama-sama oleh para dewata. Dalam perjalanan pemindahan gunung tersebut bagian Mahameru berguguran menjadi gunung-gunung yang berjajar sepanjang Pulau Jawa antara lain, Gunung Katong (Lawu), Wilis, Kampud (Kelud), Kawi, Arjuna (Arjuno), dan Gunung Kemukus (Welirang).
Tubuh Mahameru rusak bagian bawahnya karena runtuh maka miring berdirinya, bergerak-geraklah puncaknya. Lalu puncak Mahameru diberdirikan oleh para dewata. Demikianlah Mahameru tidak kuat dan bersandar di Gunung Brahma. Kemudian puncak yang tersisa ditancapkan berupa Gunung Semeru, dari kata Mahameru. Ketika Gunung Mahameru sudah ditaruh di bagian timur, Pulau Jawa tetap saja miring. Sehingga para Dewa memutuskan memotong bagian gunung dan ditempatkan di bagian barat laut. Penggalan Mahameru itu menjadi Gunung Pawitra (artinya Gunung Suci) dan sekarang lebih dikenal sebagai Gunung Penanggungan. Oleh karena diperteguh pada Gunung Brahma, Pulau Jawa menjadi kuat, berhentilah dia bergerak dan bergoyang maka Gunung Mahameru disebut juga dengan Gunung Misada. Mulai saat itu Pulau Jawa menjadi tenang kedudukannya seperti sekarang ini. Ketika Sang Hyang Siwa datang ke Pulau Jawa dilihatnya banyak tanaman Jawawut, sehingga akhirnya pulau yang ditempati Gunung Mahameru itu dinamakan Pulau Jawa. Bagian utama Gunung Mahameru dijadikan bersemayamnya Dewa Siwa dan sekarang lebih dikenal dengan nama Gunung Semeru.
Sumber:  id.wikipedia.org, radheyasuta.blogspot.com, bagianjawatimur.blogspot.com

0 komentar:

Asal Mula Nama Coban Rondo

Asal Mula Nama Coban Rondo







Coban Rondo (Foto: panoramio.com)
Pada jaman dahulu hiduplah sepasang pengantin yang baru melangsungkan pernikahannya. Mempelai wanita bernama Dewi Anjarwati yang berasal dari Gunung Kawi, dan mempelai pria bernama Raden Baron Kusuma yang berasal dari Gunung Anjasmara. Setelah usia pernikahan mereka menginjak 36 hari atau disebut selapan (bahasa Jawa), Dewi Anjarwati mengajak suaminya berkunjung ke Gunung Anjasmara, yang merupakan tempat asal suaminya. Namun orang tua Dewi Anjarwati melarang kedua mempelai untuk pergi, karena usia pernikahannya baru berusia 36 hari (selapan). Tetapi keduanya bersikeras pergi dengan resiko apapun yang terjadi di perjalanan.
Kepergian Raden Baron Kusuma dan Dewi Anjarwati diiringi oleh empat pembantu setianya. Mereka membawa buah-buahan untuk orang tua Raden Baron Kusuma. Ketika siang hari di perjalanan, Dewi Anjarwati merasa haus dan meminta suaminya mencarikan air minum. Ditemani seorang pembantunya, Raden Baron Kusuma berangkat mencari air minum. Sementara itu tiga pembantu yang lain menunggui Dewi Anjarwati.
Tak berapa lama, Raden Baron Kusuma menemukan sebuah sungai kecil. Karena airnya yang jernih, ia penasaran untuk mencari mata airnya. Lalu terdengar suara gemericik air yang makin keras, ternyata berasal dari sebuah air terjun (bahasa Jawa: coban) yang cukup tinggi. Ia pun segera mandi di coban itu. Akhirnya, ia kembali dengan membawa air minum yang diminta Dewi Anjarwati.
Ketika Raden Baron Kusuma mendatangi Dewi Anjarwati, ia dikejutkan dengan kehadiran Joko Lelono yang tidak jelas asal-usulnya. Tampaknya Joko Lelono tertarik dengan kecantikan Dewi Anjarwati dan berusaha untuk merebutnya dari Raden Baron Kusuma. Perkelahian antara Joko Lelono dengan Raden Baron Kusuma tidak dapat dihindarkan lagi. Kepada para pembantu (punakawan) yang menyertai kedua mempelai tersebut, Raden Baron Kusuma berpesan agar Dewi Anjarwati disembunyikan di suatu tempat yang ada Cobannya (air terjun).
Perkelahian antara Raden Baron Kusumo dengan Joko Lelono berlangsung seru dan mereka berdua akhirnya tewas. Akibatnya Dewi Anjarwati menjadi janda (bahasa Jawa: rondo). Sejak saat itulah Coban atau air terjun yang dijadikan sebagai tempat persembunyian Dewi Anjarwati dikenal dengan sebutan Coban Rondo (air terjun janda). Konon batu besar di bawah air terjun merupakan tempat duduk sang putri yang merenungi nasibnya. [ant]

0 komentar:

Ada Surga Tersembunyi di Dataran Tinggi Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah

Ada Surga Tersembunyi di Dataran Tinggi Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah

“Kota ini milik kalian, negeri ini milik kalian, Sumber daya alam ini milik kalian”
Begitu suara yang saya dengar dari layar kaca yang tak jauh dari pandangan mata.
Kali ini saya akan merekam bagian dari cerita dan pengalaman dari perjalanan nge-Travellers di salah satu kota kecil yang terletak di Jawa Tengah yaitu Wonosobo. Mungkin sebagian dari teman teman ada yang belum tahu tentang kota Wonosobo, baiklah akan saya uraikan sedikit mengenai kota kecil ini.
Wonosobo (bahasa Jawa: Hanacaraka; Latin Wånåsåbå) adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Ibukotanya adalah Wonosobo. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Magelang di timur, Kabupaten Purworejo di selatan, Kabupaten Kebumen dan Kabupaten Banjarnegara di barat, serta Kabupaten Batang dan Kabupaten Kendal di utara.
Kabupaten Wonosobo berdiri 24 Juli 1825 sebagai kabupaten di bawah Kesultanan Yogyakarta seusai pertempuran dalam Perang Diponegoro. Sebagian besar wilayah Kabupaten Wonosobo adalah daerah pegunungan. Bagian timur (perbatasan dengan Kabupaten Temanggung) terdapat dua gunung berapi: Gunung Sindoro (3.136 meter) dan Gunung Sumbing (3.371 meter). Daerah utara merupakan bagian dari Dataran Tinggi Dieng, dengan puncaknya Gunung Prahu (2.565 meter).
Ketika memasuki kota tersebut rentetan kejadian, persona dan bahkan perjalanan silih berganti dalam pikiran saya layaknya sebuah jepretan foto yang menampilkan kisah kisah unik dalam cerita unik berpetualangan. Berikut akan saya sajikan segenak keistimewaan yang terekam lewat pandangan saya mengenai kota ini :
Wonderfull, tempat ini indah sekali, ketika pertama kali menjejakkan kaki disana pendangan saya tertuju pada 2 buah gunung yang setia berkolaborasi menjadi satu membentuk suatu keindahan yang tiada tara. Sejenak saya berfikir, terlalu banyak surga surga keindahan yang tersembunyi di Negeri kita, dan merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi saya karena sudah 22 tahun menjadi anak Indonesia seutuhnya dengan sejuta kekayaan alam yang ada
Coba lihat disana dataran tinggi yang berbentuk bak sebuag gunung, ditumbuhi dengan rapi tanaman tanaman sayur mayur yang menjadi komuditas utama masyarakat. Disini saya bisa menyaksikan secara langsung sayur mayur yang tumbuh secara subur, tertata dan berjejer dari koloninya masing masing. Suatu apresiasi tersendiri kepada petani kreatif yang punya cara jitu membentuk deretan tanaman tersebut menjadi suatu bentuk yang indah di pandang mata. Subhanaullah, menambah kebanggaan saya menjadi bagian dari Indonesia.
Tanggal 14 Agustus 2013, hari itu saya merasakan makna merdeka yang sesungguhnya ketika melihat pepohonan dan tanaman yang kelihatannya hidup dengan tenang. Saya berkesimpulan bahwa makhluk hidup yang hidup berdamai dengan manusia tidak pantas di jajah, biarkan ia merdeka, tumbuh tumbuh dah terus tumbuh menjadi bagian dan bersahabat dengan manusia.
Pohon pinus yang ada di dataran tinggi  Dieng, menjadi salah satu saksi yang akan bercerita tentang dingin dan pandangan orang orang yang berkunjung disana. Semua terkesan mengindahkan ketika milihat secercah dataran tinggi dengan segenap pohon pohonnya dan di tengah dataran terletak pula sebuah candi candi peninggalan kerajaan masa silam.
Disana terdapat beberapa candi candi kecil yang sangat unik, orang orang menyebutnya dengan Candi Dieng. Candi Dieng merupakan kumpulan candi yang terletak di kaki pegunungan Dieng, Wonosobo, Jawa tengah. Kawasan Candi Dieng menempati dataran pada ketinggian 2000 m di atas permukaan laut. Kumpulan candi Hindu beraliran Syiwa yang diperkirakan dibangun antara akhir abad ke-8 sampai awal abad ke-9 ini diduga merupakan candi tertua di Jawa. Sampai saat ini belum ditemukan informasi tertulis tentang sejarah Candi Dieng, namun para ahli memperkirakan bahwa kumpulan candi ini dibangun atas perintah raja-raja dari Wangsa Sanjaya.

Candi Dieng pertama kali diketemukan kembali pada tahun 1814. Ketika itu seorang tentara Inggris yang sedang berwisata ke daerah Dieng melihat sekumpulan candi yang terendam dalam genangan air telaga. Pada tahun 1956, Van Kinsbergen memimpin upaya pengeringan telaga tempat kumpulan candi tersebut berada. Upaya pembersihan dilanjutkan oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1864, dilanjutkan dengan pencatatan dan pengambilan gambar oleh Van Kinsbergen. Ane numpang narsis ya gan, mumpung ada kesempatan berada di tempat klasik seperti ini. hehhe

Mungkin saja Tuhan menciptakan keindahan keindahan alam yang kadang tersembunyi dan terletak di paling ujung agar tangan manusia tidak dengan mudah merusaknya.
Di perjalanan kali ini saya menemukan surga tersembunyi di pertengahan pulau jawa. Indonesia harusnya bangga memiliki SDA alam yang indah dan melimpah seperti ini. Wajar jika negara asing iri & pelan pelan ingin jadi penyamun di negeri kita
Sepertinya belum terlambat bagi kita untuk lebih peduli, dan melestarikan warisan warisan yang ditinggalkan oleh nenek moyang zaman dahulu. Sebelum semuanya di cekal oleh negara negara pengintai yang pelan pelan dengan trik dan tekhniknya mencuri keindahan alam dengan segenap warisan budaya milik kita. Pun jika itu terus terjadi sia sia lah semua nya. Sepertinya negara ini sudah bosan menjadi boneka atas penegakan, pertahanan atas kelailaian pemerintahan di negeri sendiri.
Di hari kemerdekaan ini 17 Agustus 2013 dengan gigihnya para pahlawan revolusi 1945 dahulu rela bermati matian  memerdekakan Republik Indonesia.
Apakah kita masih saja duduk diam seperti lembuk cucuk hidung ? seperti patung patung yang selalu pasrah terkena debu jalanan ? ah sudahlah. Kali ini saya tidak akan memaki hamun kejelekan terbuka yang ada di Negeri ini. Cukup, Negeri ini sudah terlalu lelah, sudah saatnya ia merdeka, merdeka, merdeka dari tangan tangan penjajah, merdeka dari korupsi, merdeka dari krisis mental, merdeka dari kemiskinan, merdeka dari terorisme, merdeka atas nama diri kita sendiri dengan pembenahan moral yang lurus dan sejalan dengan Pancasila.
Harapan saya terhadap generasi selanjutnya semoga terus menjadi ujung tombak di negeri ini. Kita boleh saja mempromosikan keindahan di negeri kita dengan negara negara lain, TAPI INGAT kita juga perlu waspada, dan antisipasi jangan sampai pencurian pulau pulau kecil di Indonesia ini terus terjadi. Sedikit pencerahan sebaiknya Kita harus peka terhadap mata-mata asing.

Merdeka Negeriku,
Merdeka Indonesiaku,
Bangga menjadi bagian dari Indonesia.

Sekian dari saya,

Fuji Qadariah` http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2013/08/17/ada-surga-tersembunyi-di-dataran-tinggi-dieng-wonosobo-jawa-tengah-584421.htmlnga

0 komentar:

Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta

Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta

Perhatian, buka di jendela baru. PDFCetakE-mail
 
Ada lima keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta  sebagaimana yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta yang ditandatangani oleh Presiden Republik Indonesia Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 31 Agustus 2012.
Kehadiran Undang-Undang ini merupakan sikap Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang-undang.
Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kadipaten Pakualaman yang telah mempunyai wilayah, pemerintahan, dan penduduk sebelum lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 berperan dan memberikan sumbangsih yang besar dalam mempertahankan, mengisi, dan menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sesungguhnya Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta telah diakui sebelumnya oleh Negara melalui Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Istimewa Jogjakarta sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1955 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 3 jo. Nomor 19 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Istimewa Yogyakarta. Meskipun demikian keberadaan Undang-Undang terdahulu belum mengatur secara lengkap mengenai keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Status istimewa DIY bagian integral dalam sejarah pendirian negara-bangsa Indonesia. Pilihan dan keputusan Sultan Hamengku Buwono IX dan Adipati Paku Alam VIII untuk menjadi bagian dari Republik Indonesia, serta kontribusinya untuk melindungi simbol negara-bangsa pada masa awal kemerdekaan telah tercatat dalam sejarah Indonesia. Hal tersebut merupakan refleksi filosofis Kasultanan, Kadipaten, dan masyarakat Yogyakarta secara keseluruhan yang mengagungkan ke-bhinneka-an dalam ke-tunggal-ika-an sebagaimana tertuang dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Sebagaimana bunyi Pasal 7 ayat (2) Kewenangan dalam urusan Keistimewaan sebagai daerah otonom mencakup kewenangan dalam urusan Pemerintahan Daerah DIY sebagaimana dimaksud dalam undang-undang tentang pemerintahan daerah dan urusan Keistimewaan yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini meliputi: tata cara pengisian jabatan, kedudukan, tugas, dan wewenang Gubernur dan Wakil Gubernur; kelembagaan Pemerintah Daerah DIY; kebudayaan; pertanahan; dan tata ruang.

0 komentar:

Kota Purwokerto

Mengenal Kota Purwokerto

Purwokerto merupakan sebuah kota berkembang di bagian barat daya Propinsi Jawa Tengah, Purwokerto sendiri merupakan ibukota Kabupaten Banyumas. letak kota Purwokerto secara geografis termasuk kategori daerah dataran tinggi karena letaknya persis berada di kaki Gunung terbesar di Jawa Tengah yaitu Gunung Slamet, karena letaknya berada di daerah dataran tinggi jadi sebagian daerah di Kota Purwokerto memiliki udara yang sejuk apalagi di pagi hari.

Pemandangan Gunung Slamet di pagi hari, diambil dari komplek kampus UNSOED
Meskipun Purwokerto hanyalah sebatas Ibukota Kabupaten akan tetapi kota ini digolongkan sebagai Ibukota Kabupaten yang maju dan perkembangannya dari tahun ke tahun tergolong pesat. sebagai indikatornya adalah hampir semua fasilitas hadir di kota ini dari mulai Pusat Perbelanjaan, Restoran cepat saji, Pusat Pertokoan, Sarana Olahraga, Pusat Wisata Kuliner, Hotel berbintang (kelas Internasional), Sarana Rekreasi Keluarga, Pusat Pelayanan Kesehatan, dan lain sebagainya.

Salah satu sudut kota Purwokerto
Purwokerto dikenal sebagai kota transit karena letaknya berada ditengah-tengah antara kota-kota besar misalnya antara Bandung-Yogyakarta, Jakarta-Yogyakarta, Bandung-Semarang, dan lain sebagainya. biasanya orang yang akan melalukan perjalanan antar kota besar tersebut meluangkan waktunya untuk transit beristirahat atau berwisata di kota ini.

Banyak orang yang merasa betah tinggal dikota ini, dengan alasan:
  • Aman, jarang sekali terjadi kasus kriminal besar seperti terorisme, perampokan, kerusuhan, dan lain sebagainya terjadi dikota ini
  • Nyaman, kota ini meskipun tergolong kota besar akan tetapi bebas macet 
  • Budaya masih kental
  • Akses ke kota lain mudah
  • Fasilitas tergolong lengkap
  • Sejuk karena berada di dataran tinggi
  • Udara bersih, karena masih sedikit industri besar yang menghasilkan polusi
  • Biaya hidup murah
Untuk menuju kota Purwokerto ada berbagai pilihan, diantaranya:
  • Kereta Api
  • Bis Antar Kota
  • Angkutan Antar Jemput (Travel)

0 komentar:

Copyright © 2012 Halaman Indonesia.